Selasa, 18 Desember 2012

MAKALAH KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.     Tujuan Pembahasan.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Agama................................................................................. 2
B.     Latar Belakang Kebutuhan Manusia Terhadap Agama........................ 3
C.     Fungsi Agama dalam Kehidupan......................................................... 5
D.    Doktrin Kepercayaan Agama............................................................... 7
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................... 10
B.     Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR RUJUKAN...................................................................................... 11









BAB I

PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang

Seperti makhluk-makhluk lainnya, manusia adalah ciptaan Allah. Manusia mempunyai dua fungsi yaitu individu dan sosial. Dalam fungsinya sebagai makhluk individu, manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, misalnya pendidikan, kesehatan, kebahagiaan dan sebagainya, sedangkan secara social manusia memerankan fungsinya sebagai makhluk sosial yang hidup dan berinteraksi dengan masyarakat.
Manusia  mempunyai kecenderungan untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab segala pertanyaan yang ada dalam benaknya. Segala keingintahuan itu akan menjadikan manusia gelisah dan kemudian mencari pelampiasan dengan timbulnya tindakan irrasionaltas. Munculnya pemujaan terhadap benda-benda merupakan bukti adanya keingintahuan manusia yang diliputi oleh rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya. Rasa takut terhadap sesuatu itu menjadikan manusia beragama

B.            Rumusan Masalah

1.         Apa Pengertian Agama?
2.         Bagaimana Latar Belakang Kebutuhan Manusia terhadap Agama?
3.         Apa Fungsi Agama dalam Kehidupan
4.         Doktrin-doktrin apa sajakah yang Menjadi Kepercayaan Agama?

C.           Tujuan Pembahasan

1.         Mengetahui Arti dari Agama.
2.         Mengetahui Latar Belakang Kebutuhan Manusia Terhadap Agama.
3.         Mengetahui Fungsi-fungsi Agama dalam Kehidupan
4.         Mengetahui Doktrin-doktrin Kepercayaan Agama.



BAB II

PEMBAHASAN


A.           Pengertian Agama

Agama pada umumnya ialah:[1]
-               Tata keimanan atau keyakinan atas adanya sesuatu yang Mutlak di luar manusia.
-               Tata peribadahan manusia kepada yang dianggapnya mutlak.
-               Tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud di atas.
Agama dalam bahasa Arab berarti “Addin” yang artinya kepatuhan, kekuasaan, atau kecenderungan. Agama bias juga berasal dari gabungan “a” yang artinya tidak dan “gama” artinya kacau, jadi agama artinya tidak kacau. Agama juga merupakam terjemahan dari bahasa Inggris, “religion” atau religi yang artinya kepercayaan dan penyembahan Tuhan.[2]
Agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaanya sendiri dan keberadaan alam semesta.
H. Moenawar Chalil, mendefinisikan agama adalah cara atau adat kebiasaan, peraturan, undang-undang, taat atau patuh, menunggalkan ketuhanan, pembalasan, perhitungan, hari kiamat, nasihat, sedangkan Prof. Dr. M. Driyarkarsa S.J mendifinisikan agama dengan mengganti istilah agama dengan religi, religi adalah ikatan atau pengikatan diri.[3]
Dilihat dari aspek duniawinya, atau lebih tepat dalam kehidupan masyarakat, agama merupakan sumber nilai dan kekuatan mobilisasi yang sering menimbulkan konflik dalam sejarah umat manusia.
Selanjutnya, karena banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan oleh para Ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa agama dapat diberi definisi sebagai berikut:[4]
·                Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
·                Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
·                Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
·                Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
·                Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.
·                Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
·                Pemujaan kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
·                Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rosul.
Jadi, agama adalah suatu kepercayaan, keyakinan kepada yang mutlak, yang dimana keyakinan tersebut dianggap yang paling benar

B.            Latar Belakang Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Secara alamiah, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya. Adapun latar belakang manusia membutuhkan agama:[5]
1.             Latar belakang fitrah manusia
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan ditegaskan dalam ajaran islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia.
Setiap anak yang dilahirkan memiliki potensi beragama, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi Islam, Kristen, Hindu, maupun Budha.
Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi agama yaitu pada manusia primitif yang tidak pernah mendapat informasi mengenai Tuhan, ternyata mereka mempercayai adanya Tuhan, meskipun yang mereka percayai itu terbatas pada khayalan.
Dalam diri manusia sudah terdapat potensi beragama, potensi beragama ini memerlukan pembinaan, pengarahan, dan pengembangan dengan cara mengenalkan agama kepadanya.
2.             Kelemahan dan kekurangan manusia
Disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan manusia juga memiliki kekurangan. Dalam pandangan al-Qur’an, manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan sempurna, namun diperoleh pula manusia berpotensi positif dan negatif, sedangkan daya tarik keburukan lebih kuat dari pada kebaikan.
Sifat-sifat keburukan yang ada pada manusia antara lain sombong, inkar, iri, dan lain sebagainya, Karena itu manusia dituntut untuk menjaga kesuciaannya, hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesuciannya dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan dengan bimbingan agama dan disinilah letak kebutuhan manusia terhadap agama.


3.             Tantangan Manusia
Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang dating dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan, sedangkan tantangan dari luar berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia dengan sengaja ingin memalingkan manusia dari Tuhan.
Upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar taat menjalankan agama. Jadi upaya mengagamakan masyarakat menjadi sangat penting, agar masyarakat mampu menghadapi tantangan baik dari luar maupun dari dalam.

C.           Fungsi Agama dalam Kehidupan

Manusia adalah mahluk yang memiliki rasa keagamaan, kemampuan untuk memahami dan mengamalkan nilai agama. Tugas manusia didunia yaitu ibadah dan mengabdi kepadanya. 
Fungsi agama yaitu sebagai pustaka kebenaran, dimana agama diibaratkan sebagai suatu gedung perpustakaan kebenaran.[6] Agama dapat dijadikan suatu pedoman dalam mengambil suatu keputusan antara yang benar dan yang salah.
Peranan sosial agama bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.[7]
Manusia menyelesaikan tantangan-tantangan hidup dengan menggunakan agama, karena manusia percaya dengan keyakinan yang kuat bahwa agama memiliki kesanggupan dalam menolong manusia.
Fungsi agama dalam kehidupan antara lain:[8]
·                    Fungsi Edukatif
Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran tentang boleh tidaknya suatu perbuatan, cara beribah, dll dengan perantara petugas-petugasnya (fungsionaris).
·                    Fungsi Penyelamatan
Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang sakral” dan “makhluk teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan.
·                    Fungsi Pengawasan Sosial
Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral (yang dianggap baik) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum Negara modern.
·                    Fungsi Memupuk Persaudaraan
Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan.
·                    Fungsi Transformatif
Mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat.
Selain fungsi diatas, agama juga memiliki fungsi antara lain:[9]
·                    Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
·                    Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
·                    Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
·                    Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
·                    Pedoman perasaan keyakinan
·                    Pedoman keberadaan
·                    Pengungkapan estetika (keindahan)
·                    Pedoman rekreasi dan hiburan
·                    Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.

D.           Doktrin Kepercayaan Agama

Doktrin adalah ajaran tentang asas-asas suatu aliran politik, keagamaan, pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, keagamaan, pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan.[10] Istilah Doktrin berkaitan dengan suatu kebenaran dan ajaran. Keduanya tidak dapat dipisahkan sebab menegaskan tentang kebenaran melalui ajaran, sedangkan yang diajarkan biasanya dengan kebenaran. Dengan demikian, doktrin berisi tentang ajaran kebenaran yang sudah tentu memiliki “balutan” filosofis.[11] Doktrin banyak ditemukan dalam banyak agama seperti Kristen dan Islam, di mana doktrin dianggap sebagai prinsip utama yang harus dijunjung oleh semua umat agama tersebut.
Dalam konteks doktrin, agama selalu menjadi akidah, yakni sebagai suatu kepercayaan kepada Tuhan, suatu ikatan, kesadaran, dan penyembahan secara spiritual kepada-Nya. Sebagai suatu akidah, agama memiliki prinsip - prinsip kebenaran yang dituangkan dalam bentuk doktrin.
Adapun doktrin didalam agama antara lain:
Ø   Doktrin utama dalam agama Yahudi:[12]
·           Percaya kepada Allah pencipta langit bumi dan seluruh alam semesta, dan dia adalah Allah yang kekal.
·           Percaya bahwa Musa adalah nabi yang menerima hokum Allah dan diutus untuk melayani umat Allah, bangsa Israel, yang disebut kaum Yahudi.
·           Percaya dan menantikan datangnya Mesias yang akan menyatakan kerajaan Allah, dan bahwa Dia pasti akan dating pada waktunya.
Ø   Doktrin utama dalam agama Budha:[13]
·           Tentang realita penderitaan, bahwa di dalam hidup manusia tidak dapat menghindari realita penderitaan.
·           Tentang penyebab adanya penderitaan.
·           Tentang cara manusia dapat mengakhiri penderitaan hidup di dunia ini adalah meniadakan, membebaskan diri dari semua keinginan, hasrat dan perasaan yang ada dalam diri manusia.
·           Tentang jalan kelepasan dari penderitaan setelah memadamkan hasrat diri dan keinginan tersebut, manusia melangkah ke dalam perjalanan menuju nirwana.
Ø   Doktrin utama dalam agama Khonghucu:[14]
·           Pemujaan terhadap arwah para leluhur.
·           Kesalehan seorang anak terhadap orang tuanya.
Ø   Doktrin utama dalam agama Islam:[15]
·           Iman dan kewajiban
Menjadi pemeluk Islam, haruslah sungguh-sungguh tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah dengan menyatakan imannya hanya kepada Allah yang Maha Esa dan melakukan hokum-hukumNya.
·           Shari’a
Hukum Islam berasal dari Allah, yang merupakan bagian utama dalam kehidupan umat Islam, dimana didalamnya mengatur hubungan manusia baik dengan sesame manusia maupun Tuhan.


·           Rukun Iman
Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Rosul, Hari akhir, Takdir Allah
·           Rukun Islam
Shahadat, Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji


[1] Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat Dan Agama, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982), hal.172
[2] Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 12
[3] Ibid., hal. 39
[4] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta: Gama Media, 2005), hal.13
[5] Ibid., hal.16
[6] Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat .........., hal. 142
[8] Hendropuspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hal. 38
[10] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 211
[11] Adeng Mucthar Ghazali, Agama dan Keberagaman dalam  Konteks Perbandingan Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hal. 51
[12] Magdalena Pranata Santoso, Filsafat Agama, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 39
[13] Ibid., hal.44
[14]Ibid., hal. 51
[15]Ibid., hal.54

6 komentar: